Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

BALITA merupakan usia emas, di mana sejumlah pertumbuhan fisik, emosional, dan kognitif terjadi. Karena perubahan pesat yang terjadi pada tubuh dan pikiran kecilnya, balita juga peka terhadap dunia sekitarnya dan cenderung merasa stres.

Penyebab stres pada anak bisa beragam, mulai dari rutinitas baru, bullying, tuntutan nilai akademis, hingga masalah keluarga di rumah. Stres ini tidak boleh dibiarkan, karena bisa berdampak buruk bagi kesehatan mentalnya.

Gejala stres pada anak memang tidak mudah dikenali. Sebagian ada yang tidak menunjukkan gejala atau keluhan yang spesifik. Tetapi, ada beberapa tanda yang patut dicurigai sebagai gejala stres pada anak, seperti:

  • Susah tidur
  • Kurang nafsu makan
  • Emosi berubah-ubah
  • Sulit konsentrasi
  • Atau kesulitan mengerjakan tugas sekolah

Karenanya, sangat penting bagi orang tua untuk mengajari anak keterampilan mengendalikan situasi dan tantangan emosional dengan lebih baik. Keterampilan ini dikenal dengan coping mechanism.

Coping umumnya mengacu pada upaya individu mengatur emosi, kognisi, fisiologi, perilaku, dan situasi sebagai reaksi terhadap stres atau keadaan yang menantang. Singkatnya, coping adalah segala sesuatu yang dilakukan seseorang dalam upaya mengelola stres.

Pada anak, coping mechanism ini bermanfaat untuk menenangkan diri, mengalihkan aktivitas kepada hal yang lebih menyenangkan (distraksi), tindakan yang berlawanan, kesadaran emosional, dan mindfulness.

Keluarga dengan anak usia dini dapat mencoba latihan coping keluarga untuk melatih keterampilan coping yang sehat untuk anak-anak bersama orang tua. Misalnya, menggunakan karakter film atau buku sebagai contoh coping yang sehat dan tidak sehat.

Atau, Bunda bisa mengajarkan beberapa hal ini kepada anak:

  • Bernapas dalam-dalam
  • Bersenandung lagu yang disuka
  • Bermain dengan hewan peliharaan
  • Bermain musik
  • Menulis jurnal
  • Menggambar hal yang terjadi
  • Yoga atau olahraga lain yang disenangi anak
  • Curhat kepada orang yang dipercaya
  • Mandi
  • Memasak atau aktivitas dapur lainnya
  • Positive talk
  • Memeluk boneka atau bantal

Ingat Bunda, coping mechanism ini bukan bertujuan agar anak tidak boleh mengekspresikan rasa marahnya. Bunda bisa melakukan ini setelah anak merasa tenang dan bisa mengontrol dirinya.

Jika cara-cara tersebut Bunda perkenalkan, maka lambat laun stres maupun amarah yang dirasakan anak bisa terkontrol dengan baik.




Seringkali Diabaikan dan Tidak Dianggap, Waspadai Dampak Depresi pada Anak Laki-Laki

Sebelumnya

Anak Remaja Mulai Menjauhi Orang Tua, Kenali dan Pahami Dulu Alasannya

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Parenting